Selasa, 23 September 2014

KOK SAMA SIH?

Cerpen Persahabatan

KOK SAMA SIH?

Kok Sama Sih?


“Hei, kalian lihat nih! tas baruku. Mamaku membelinya di paris loh.” kata viona sambil menunjukkan tas barunya itu. Tak perlu menghitung menit, semua anak langsung mengerubungi viona.
“Huuh… viona kerjaannya pamer mulu.” kata widy agak ketus.
“Sudah, biarkan saja dia.” kataku sambil merangkul tangan widy.


Viona arditha memang berasal dari keluarga yang kaya raya dan sangat memperhatikan mode. Papanya punya perusahaan terbesar ke-2 di indonesia. Dan mamanya adalah seorang dokter untuk orang-orang kalangan atas. Hidup viona memang dipenuhi dengan kemewahan, dan kadang membuat orang lain iri kepadanya.

“Hei, lihat bu dayen datang.” terdengar suara yang cukup kencang dari ujung kelas.
Seketika murid-murid pun langsung menuju tempat duduk masing-masing. Bu dayen mengajar pelajaran matematika kelas 7, dan semua anak menakutinya karena dia sangat GALAK.
“Pagi, anak-anak keluarkan buku latihan matematikanya.” seru bu dayen.
Alhasil para murid langsung mengambil buku mereka karena tidak ingin berurusan dengan ibu guru yang sering mereka panggil “ibu guru cerewet” itu.
Tak terasa jam ke-2 pelajaran bu dayen pun berlalu. Dan sekarang adalah beberapa menit akhir pelajaran bu dayen yang ke-3. Para murid tak sabar ingin cepat-cepat mengakhiri pelajaran membosankan ini.
“buka hal.. kring.. kring..” kata-kata bu dayen terputus akibat suara bel istirahat yang membuat para murid bersorak girang.
“baiklah, kita sambung minggu depan.” kata bu dayen mengakhiri pelajaran hari ini. Semua anak pun berhamburan keluar.
Tak beberapa lama kemudian, laras anak murid kelas sebelah yang merupakan anak yang sangat memperhatikan mode dan juga merupakan kalangan orang atas, sedang lewat di depan viona sambil memakai bando berbentuk telinga kucing.
“Laras, kamu beli dimana tuh bandonya?.” tanya viona memandangi bando kucing laras.
“Ada deh, aku belinya mahal. Kamu enggak sanggup beli deh.” jawab laras ketus sambil mengabaikan viona.
“iihh! kamu kira aku nggak bisa beli apa? papa aku punya banyak perusahaan jadi kamu jangan pernah ngeremehin aku.” seru viona kesal.
Pulang sekolah pun tiba, muka viona yang manis tampak sangat masam karena kejadian tadi. Ia tampak tergesa-gesa keluar kelas.
“Viona, ada apa, kok tergesa-gesa gitu?” tanyaku sambil menyusul viona.
“Aku mau pergi belanja ke mall bareng mama. biar laras tau rasa.” kata viona sambil berlari menuju gerbang sekolah.
Hari ini tidak ada jemputan. Terpaksa aku harus mengandalkan kakiku untuk berjalan. Huh! hari ini panas sekali, rasanya bagian atas kepalaku hampir terbakar dan kakiku hampir patah karena berjalan di panasnya matahari.
“Assalamualaikum. bunda.”
“Waalaikumsalam. sayang. Kok lemas sih?”
“Panas bun. Rara mandi dulu ya, bun.”
“Ya sudah, sehabis mandi, kamu sholat zuhur lalu kamu turun ya, Kita makan siang bersama.”
“Siap, bos.”
Setelah mandi dan sholat zuhur. Aku pun turun untuk makan siang bersama. Sudah tampak dari kejauhan mama dan papa sudah menungguku. Aku pun duduk tepat di samping mama. Aku pun makan ditemani seekor ikan goreng, sambal terasi dan sayur sawi yang lezat.
Selepas itu, aku kembali ke dalam kamarku dan mulai mengerjakan pr dari bu wanda (guru fisika). “Aaahh.. kepalaku hampir pecah, mengerjakan soal-soal ini. Aku memang tidak menyukai fisika yang penuh dengan rumus.
“nomor 1, 2, 3, 4, dan oohh tidak ini dia soal yang paling sulit.” kataku sambil menunjuk soal bernomor 5.
“Ahha! bagaimana kalau aku cari di google ya!” pikirku sambil meraih smart phone-ku dari bawah bantal.
Aku pun mulai meyentuh satu per satu huruf di smart phone itu.
“Akhirnya.. jawaban dapat, pr pun selesai.” kataku sambil mencatat jawaban.
Aku pun membaringkan tubuhku di ranjang untuk melepas penat.
“Ohh iya. Sepatunya.”
Aku pun mengangkat tubuhku dari ranjang dan berjalan menuju lemari.
“ini, dia. sepatu 2 pasang yang kemarin mama beliin.”
Setelah, menemukan 2 pasang sepatu baru yang kemarin mama belikan. Kedua sepatu itu tampaknya memiliki warna dan motif yang sama. Akhirnya, aku membungkusnya dengan 2 kotak hadiah yang akan kuberikan kepada kedua sahabat yang sedang bertengkar yaitu, viona dan laras.
Aku pun keluar dari kamar dan berpamitan kepada mama sambil membawa 2 kotak hadiah itu. Aku terlebih dahulu pergi ke rumah laras karena rumahnya sangat dekat dengan rumahku.
“Laras.. laras..” kataku memanggili laras.
“Ada apa?”
“Ini, untukmu.” kataku sambil memberikan salah satu kotak.
“Trims ya”
Setelah mengantarkan kotak hadiah untuk laras, aku pun berlari kembali ke rumah untuk mengambil skateboard-ku. Karena rumah viona cukup jauh, aku pergi dengan menggunakan kendaraan.
“Untung saja, viona ada di luar sehingga aku tidak perlu memanggilinya.”
“hai! viona. ini untukmu.”
“aadduuh!!”
Ternyata kotak hadiah itu menabrak ke kepala viona.
“hihi.. Sorry, viona.”
Keesokan harinya…
Dengan hati yang berdebar, aku menunggu kedatangan viona dan laras di sekolah. “nah! itu dia laras datang.” pikirku
“Hai! laras. gimana sepatunya keren gak?” kataku sambil menghampiri laras.
“Keren bnget! trims ya. Nih deh, kamu lihat cocok banget kan di kakiku.”
“Iya.” jawabku sambil tersenyum.
“Eh, kok sepatu kita kok sama sih? kata viona menghentikan pembicaraan kami.
“Eh, iya. Tapi, sepatu ini pemberian rara kok.” kata laras.
“Aku juga.”
“Rara!!”
Mereka berdua menatap wajahku yang dari tadi pura-pura tidak tahu.
“maaf ya, aku hanya ingin kalian temenan, aku capek lihat kalian berantem mulu.” kataku sambil menundukkan kepala.
“Ya udah, kalau ini maumu. Maaf ya, viona.”
“Iya, aku minta maaf juga ya.”
“Berpelukan.”
Entah kenapa setelah saat itu, kami mulai menjadi teman akrab.
True friend.
Tamat.
Cerpen Karangan: Lulu Kamalia Putri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar