Jumat, 21 September 2012

MEMBUKA PINTU REZEKI


Sebelum lahir, Allah SWT telah menetapkan 3 (tiga) perkara kepada manusia tentang Umur, Jodoh dan Rezeki, semua telah dituliskan.

Pengertian “telah dituliskan” menurut saya – orang yang awam dan bodoh ini- adalah masih bersifat abstrak dan banyak penafsiran. Mengapa ? Sebab walaupun telah ditentukan namun Allah Swt juga telah memerintahkan hambanya untuk berikhtiar.

Berikut adalah amalan sepanjang masa untuk mendatangkan rezeki:

1. Shalat Dhuha

Shalat Dhuha ini dilakukan pada pagi hari setelah matahari terbit (kira kira jam 8 pagi) sampai jam 11 siang. Jumlah rakaatnya adalah 2, 4, 6 dan 8 rakaat (kelipatan 2 rakaat).

Berikut adalah Doa setelah shalat Dhuha :


ALLAHUMMA INNADH DHUHA-A DHUHA-UKA, WAL BAHAA-A BAHAA-UKA, WAL JAMAALA JAMAALUKA, WAL QUWWATA QUWWATUKA, WAL QUDRATA QUDRATUKA, WAL ISHMATA ISHMATUKA. ALLAHUMA INKAANA RIZQI FIS SAMMA-I FA ANZILHU, WA INKAANA FIL ARDHI FA-AKHRIJHU, WA INKAANA MU’ASARAN FAYASSIRHU, WAINKAANA HARAAMAN FATHAHHIRHU, WA INKAANA BA’IDAN FA QARIBHU, BIHAQQIDUHAA-IKA WA BAHAAIKA, WA JAMAALIKA WA QUWWATIKA WA QUDRATIKA, AATINI MAA ATAITA ‘IBADIKASH SHALIHIN.

Artinya: “Wahai Tuhanku, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagunan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu, Wahai Tuhanku, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, kekuasaan-Mu (Wahai Tuhanku), datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hambaMu yang soleh”.

2. Bersedekah

Bersedekah dengan ikhlas dan (kalau bisa) jumlahnya besar. Artinya, jika mampu bersedekah Rp 100.000, mengapa hanya bersedekah Rp 1000 ?. Kalau perlu sekali kali kasih aja tukang parkir atau pengemis dengan uang “kagetan” Rp 100.000. Pasti aja tukang parkir atau pengemis tadi akan kaget. Dan Insya allah kita juga akan “dikagetkan” oleh Allah swt dengan Rezeki yang besar !!!. Tapi sekali lagi ingat, bersedekah harus ikhlas…

Kedua amalan di atas jika dilakukan dengan rutin dan Istiqomah insya allah hasilnya akan luar biasa. Sekedar info saja, banyak pengusaha dan orang “berada” lainnya yang menjadikan kedua amalan di atas sebagai amalan rutin.

Namun yang terberat menurut saya bukan amalannya, namun justru menjaga rutinitasnya itulah yang membutuhkan kemauan yang sangat kuat.

Banyak sekali orang yang pada awalnya menggebu gebu, namun begitu rezeki sudah mulai meningkat dan kesibukan semakin banyak maka amalannya pun tidak dijalankan lagi.

Selain 2 amalan di atas, masih banyak lagi amalan lainnya yang – insya allah – akan mendatangkan rezeki.  Tulisan dibawah ini saya ambil dari adekurniawati.wordpress.com, inilah amalannya :

1.  Memperbanyak istighfar kepada Allah

“Barang siapa yang memperbanyak istighfar, maka Allah akan menjadikan jalan keluar dari setiap kesusahan dan kesempitan, dan Allah juga akan mendatangkan kepadanya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (rowahu Ahmad)

2.  Memperbanyak infak fi sabilillah

“Dan barang apa saja yang kamu infakkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba’ : 39)

3.  Memperbanyak silaturohim

“Barang siapa yang ingin dibentangkan/dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka supaya bersilaturohim.” (rowahu Bukhori)

4.  Senang menghormati tamu

“Tamu datang dengan membawa rezeki dan pulang dengan membersihkan dosa kalian.” (rowahu Syih)

5.  Berusaha menjadi orang yang jujur/amanah

“Amanat mendatangkan rezeki dan khianat mendatangkan kefakiran.” (rowahu dailami)

6.  Meningkatkan taqwa kepada Allah

“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan Allah memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. At Tholaaq : 2-3)

7.  Memperbanyak tawakkal kepada Allah

“Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. At Tholaaq : 3)

8.  Supaya selalu Husnudzzhan billah

“Sesungguhnya Allah di sisi persangkaan hamba-Nya dan Allah bersama hambaNya ketika ia berdoa.” (rowahu Muslim)

9.  Menertibkan sholat tahajud dan do’a 1/3 malam

“Allah turun ke dunia/bumi ketika 1/3 malam yang akhir. Dan Allah berfirman : Barang siapa yang berdo’a kepadaKu maka akan Aku kabulkan, barang siapa yang meminta kepadaKu maka akan Aku berikan, dan barang siapa yang meminta ampun kepadaKu maka akan Aku ampuni.” (rowahu Bukhori).

Demikian dan semoga Artikel tentang amalan untuk mendatangkan rezeki ini bermanfaat untuk anda…

CARA ALLAH SWT. MEMBERI REZEKI

CARA ALLAH SWT. MEMBERI REZEKI

Andaikata, uang kita diambil satu bagian, lalu dikembalikan sebanyak tujuh belas kali lipat, maukah kita? Andaikata, yang mengambil tidak memberitahu lebih dahulu, kalau nantinya akan dibayar dengan berlipat ganda, maukah kita?

Marilah kita ikuti pengalaman nyata seorang bapak muda yang cukup menarik untuk dikaji. Sebutlah Pak A. Sekitar 14 tahun yang lalu, tepatnya tahun 1988, seorang muda yang baru dikarunia seorang anak, is bekerja sambil menyelesaikan kuliahnya yang tinggal sebentar lagi selesai. Gaji yang didapatkan dari pekerjaannya itu setiap bulannya dapat dikatakan sangat tidak cukup untuk biaya hidupnya beserta istri dan seorang anak kecilnya.

Suatu hari yang “naas” ia pulang dari kerjanya. Dengan penuh gembira ia membawa pulang gaji pertamanya yang sebesar Rp. 40.000,- (Empat puluh ribu rupiah). Dengan perasaan bangga dan penuh dengan rasa gembira ingin ditunjukkannya hasil kerjanya itu kepada istri tercintanya.

Ingin sekali ia cepat-cepat sampai di rumah dan dengan uang itu ia ingin belanja bersama istri dan anaknya, maklum gaji pertama adalah gaji yang mempunyai nilai “historis” tinggi.

Setelah sampai di rumah apa yang terjadi? Ternyata dompet yang berisi gaji satu bulan tersebut sudah tidak ada di saku celananya alias kecopetan ketika ia pulang dari tempat kerjanya.

Bisa dibayangkan betapa sedih, kecewa dan bingungnya ia ketika itu. Andaikata bisa, mungkin ia akan menangis sejadi-jadinya. Bahkan mungkin ia akan protes kepada tuhan yang telah “mengijinkan” peristiwa itu terjadi. Karena ia telah bekerja dengan keringatnya tanpa kenal lelah dengan penghasilan yang halal demi keluarga tercinta.

Waktu satu bulan sungguh terasa sangat lama untuk menunggu gaji tersebut. Tapi apa mau dikata gaji pertamanya sudah harus ia relakan untuk tidak ia miliki saat itu. Bagaimana jika peristiwa itu terjadi pada diri kita? Sanggupkah kita menerimanya dengan ikhlas?

Apa yang ia lakukan selanjutnya? Ia duduk terdiam tanpa bisa berkata apa-apa sambil memandang istri dan anaknya, mengapa hal ini harus terjadi pada dirinya? Dalam kondisi seperti itu dengan hati terasa pedih ia mencoba tegar dan berpikir praktis. Biarlah uangnya hilang, toh peristiwa sudah terjadi, mau diapa lagi….?”

Akhirnya diambilnya keputusan untuk tetap berusaha kalau-kalau dompet tersebut masih mungkin untuk ditemukan, walaupun secara logika sangat kecil kemungkinannya untuk mendapatkan kembali uangnya tersebut. Ia berusaha mengambil hikmah dari kejadian itu meskipun dengan perasaan yang tidak karuan sedihnya.

Keputusan segera diambilnya, yaitu tetap berusaha untuk mencoba mendapatkan kembali dompetnya karena di dalamnya ada beberapa surat berharga, diantaranya stnk kendaraan bermotor, ktp, dan beberapa surat penting lainnya.

Akhirnya untuk mendapatkan kembali surat-surat yang hilang tersebut ia menulis surat pembaca pada sebuah surat kabar, yang intinya: biarlah uang itu hilang, asal surat-suratnya dapat kembali, dan ia berharap jika ada orang yang menemukan dompet itu, ia minta tolong agar di antarkan ke alamat yang tertera dalam ktp tersebut.

Apa yang dilakukan hari-hari berikutnya? Setiap hari ia membaca surat kabar, kalau-kalau ada berita tentang dompetnya yang hilang. Ketemukah dompet tersebut? ternyata tidak!

Lalu dimanakah keindahannya peristiwa itu? Keindahannya ialah terletak pada keharusannya ia membaca surat kabar tersebut. Seolah-olah Allah menyuruh dia untuk membaca surat kabar setiap hari, dengan cara “mengijinkan” seseorang untuk mengambil dompetnya…

Lalu apa yang terjadi hari berikutnya? Dengan membaca surat kabar setiap hari, tanpa terasa suatu saat ia menemukan suatu tulisan pada disiplin ilmu yang dikuasainya yang menurut pendapatnya hal itu kurang tepat, akhirnya ia mencoba menulis untuk mengulas dan menyanggahnya.

Waktu berjalan dengan cepat. Ia telah lupa pada dompetnya yang hilang, dan saat itu ia asyik menulis sesuai dengan kemampuannya yang sesuai pula dengan disiplin ilmunya.

Hal ini berlangsung beberapa bulan sejak terjadinya peristiwa naas tersebut. Selanjutnya ia sering menulis dan menanggapi tulisan orang lain sampai berulang-ulang sehingga ia menjadi seorang penulis. Meskipun masih pemula, pada surat kabar tersebut. Lalu?

Karena kemampuannya menulis dinilai cukup baik, oleh pimpinan perusahaan ia dipanggil dan ditawari untuk bekerja diperusahaan tersebut dengan gaji pertama Rp 750.000,- Tujuh belas kali lipat lebih tinggi dibanding uangnya yang telah hilang waktu itu.

Itulah rupanya jawaban Allah atas kejadian yang menimpa seseorang, bila sabar menerimanya. Allah “meminjam” 1 bagian, dan kini dikembalikan menjadi tujuh belas kali lipat lebih.

Waktu berjalan terus tanpa terasa, dan pada saat saya menulis ini, ia telah mencapai sukses gemilang dengan penghasilan yang ribuan kali lipat dibanding uang yang hilang dulu.

Apakah ini merupakan puncak keindahan dari peristiwa yang terjadi di hari “naas” itu, atau bahkan Allah Yang Maha kuasa akan menunjukkan pada sesuatu yang lebih indah lagi….wallahu’alam.

Yang pasti, ukuran sukses yang paling besar adalah hati yang damai, dan bahagia yang tercapai. Saya yakin setiap orang pernah mengalami kejadian yang senada dengan kejadian diatas. Hanya saja mungkin skala dan situasinya yang berbeda.

Marilah kita renungkan perjalanan hidup kita masing-masing, pasti kita pernah mengalami suatu kejadian, dimana kejadian tersebut kita sangka sesuatu yang menyusahkan, merugikan, dan menyedihkan.

Tetapi hal itu akan berubah menjadi sesuatu yang indah, apabila seseorang sabar menerimanya. Akhirnya muncullah hikmah yang sangat besar yang tiada tersangka sebelumnya.

Sungguh, Allah Maha Perencana dari segala macam kejadian dan peristiwa. Setiap peristiwa yang sudah terjadi, bagi seorang muslim merupakan ketetapan Allah yang sangat indah. Karena disitulah letak ukuran dan ujian kualitas taqwa seseorang…

***

Dari Sahabat

KEAJAIBAN SEDEKAH : HAJI DENGAN SERATUS RUPIAH

KEAJAIBAN SEDEKAH


Pergi Haji Modal ‘Seratus Rupiah’

Tahun 1991, ibadah haji, ONH-nya sekitar enam juta rupiah.

Bertambah lama seiring dengan perubahan nilai tukar rupiah, ONH semakin misalnya tujuh juta, sembilan juta, dua belas juta, dua puluh satu juta, dua puluh lima juta rupiah,

Bagaimana kalau ada orang yang pergi haji dengan modal ‘seratus rupiah’ saja…?

Pada hari minggu pagi yang cerah, seperti biasanya saya pergi belanja di salah satu pasar. Suatu ketika saya belanja palawija pada seorang ibu setengah baya. Ada satu hal yang membuat saya terpana. Saya sangat tertarik melihat cara ibu tersebut melayani pembelinya.

Karena tertarik, maka setiap saya pergi ke pasar tersebut saya selalu memperhatikan lebih seksama lagi terhadap perilakunya. Beberapa kali saya perhatikan menjadikan saya lebih ‘penasaran’ untuk lebih mengikuti secara rutin kejadian demi kejadian yang ‘diperagakan’ oleh ibu tersebut.

Katakanlah ia bernama Ibu Asih. Apa yang dilakukannya setiap ia melayani pembelinya? Yang membuat saya kagum tiada habisnya ialah, setiap ia selesai menjual barang dagangannya, secara spontan mulutnya selalu bergumam lirih dengan ucapan “Alhamdulillah”

Apakah dagangannya laku sedikit atau laku banyak, selalu saja mulutnya bergumam alhamdulilaah sebagai ungkapan rasa syukurnya.

Yang lebih menarik lagi ialah setiap ada orang peminta-minta yang menengadahkan tangannya, tidak satupun yang tidak diberinya, demikian pula tak satupun seorang pengamen yang lewat yang tidak diberinya.

Meskipun ia sedang sibuk melayani orang-orang yang sedang membeli barang dagangannya, selalu saja ia menyempatkan tangannya untuk memberi mereka. Diambilnya uang logam seratus rupiah, yang rupanya sudah disediakan untuk orang-orang tersebut. Sayangnya saya tidak pernah bertanya kepadanya kira-kira ada berapa puluh orang dalam satu hari ia memberi orang miskin dan para pengamen tersebut .

Ini sebuah kejadian yang nampaknya biasa-biasa saja. Tetapi memiliki nilai yang sangat tinggi dalam kehidupan sosial maupun dalam kehidupan religius. Ucapan syukur beserta penghayatan dan sekaligus pengamalannya telah diperagakan oleh ibu Asih. Meskipun dengan cara sederhana dan dengan nilai rupiah yang kecil.

Hal ini sangat berbeda sekali dengan kondisi sebuah toko yang lebih besar, yang letaknya tidak seberapa jauh dari ibu penjual palawija ini.

Di depan toko itu tertempel kertas putih bertuliskan kalimat yang cukup ‘sopan’ yaitu : ‘maaf ngamen gratis’

Sebuah retorika yang cukup sopan dan lembut, tetapi jika dilihat dari sudut pandang yang lebih arif, kita bisa menyimpulkan bahwa hati dan perasaan ibu Asih jauh lebih lembut dari pemilik toko tersebut.

Saya menaksir bahwa keuntungan yang diraih oleh pemilik toko tersebut nampaknya cukup besar setiap harinya. Tetapi ia tidak mau dan tidak rela ‘berbagi rasa’ dengan para pengamen dan para pengemis, walaupun hanya seratus rupiah saja.

Sungguh sangat berbeda dengan kondisi ibu Asih, yang dagangannya jauh lebih kecil dibanding toko tersebut, tetapi ia mempunyai hati yang lembut dan rasa welas asih kepada para pengamen dan para peminta-minta.

Setelah saya amati sekian lama, hasil dari perilaku ibu Asih tersebut sungguh luar biasa. Kami perhatikan barang dagangannya bertambah lama semakin bertambah besar. Dan klimaksnya, beberapa waktu yang lalu ia dapat pergi menunaikan ibadah Haji bersama suaminya.

Dan saya pun merenung. Allah telah mengganti nilai seratus rupiah yang diperuntukkan bagi orang-orang miskin itu. Sekarang tumbuh menjadi dua buah ONH bu Asih dan suaminya. Sungguh luar biasa!

Satu lagi yang dapat saya simpulkan, bahwa ucapan alhamdulillaah di bibir ibu Asih mempunyai timbangan setara dengan lima puluh juta rupiah. Subhaanallah…

Apa janji Allah Swt ?

QS. Ibrahim : 7

“Barangsiapa yang mensyukuri nikmatKu, pasti akan Aku tambah, dan barang siapa yang lalai dan kufur terhadap nikmatKu, maka tunggulah siksaKu amatlah pedihnya ”

Melihat contoh sederhana dalam kehidupan semacam ini, sebagai orang yang beriman tentu hati kita menjadi tergerak untuk menirunya. Meniru kelemah lembutan hatinya. Meniru kepeduliannya. Meniru rasa percaya dirinya akan balasan dari Allah Swt. Dan meniru bagaimana cara mengungkapkan rasa syukurnya.

Yah, kadang-kadang manusia memang harus banyak belajar dari manusia lainnya. Bahkan dari semua peristiwa yang telah terjadi. Karena semua peristiwa yang telah terjadi di dunia ini adalah contoh berharga yang harus kita pelajari, kita baca, dan kita renungkan. Semua itu merupakan ilmu Allah yang sangat mahal nilainya.

Dengan ‘modal’ seratus rupiah, bu Asih berangkat Haji bersama suami…!

QS. Al Baqarah: 152

Maka ingatlah kepadaKu, supaya Aku juga ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepadaKu, dan janganlah menjadi orang yang tidak tahu berterima kasih.

***

Dari Sahabat

KISAH ORANG SOMBONG SETELAH AKHIR HIDUPNYA

KISAH ORANG SOMBONG
Bukhari meriwayatkan dalam Shahih-nya dari Abdullah bin Umar yang menyampaikan kepadanya bahwa Nabi bersabda, “Manakala seorang laki-laki menyeret kain sarungnya dengan kesombongan, dia dibenamkan. Maka dia tenggelam di dalam bumi sampai hari Kiamat.” Dari Abu Hurairah berkata bahwa Nabi bersabda atau Abul Qasim berkata, “Ketika seorang laki-laki berjalan dengan pakaiannya, dia mengagumi dirinya. Rambutnya tersisir rapi. Tiba-tiba Allah membenamkannya, maka dia terbenam sampai hari Kiamat.” Dalam salah satu riwayat Muslim, “Sesungguhnya seorang laki-laki dari kalangan umat sebelum kalian berjalan dengan kesombongan dalam pakaiannya…”

Terkadang manusia lupa pada hakikat dirinya. Dia lupa bahwa dia diciptakan dari tanah, bahwa asal usulnya adalah dari air yang hina, dan bahwa dia keluar dari kelamin dua kali. Kali pertama ketika dia keluar dari tulang rusuk bapaknya dan kali kedua ketika ia keluar dari rahim ibunya. Dia lupa bahwa walaupun penampilannya menarik, pakaiannya bagus, dia tetap membawa kotoran di dalam perutnya. Dia lupa walaupun dia berbadan tinggi, dia tetap tidak bisa menembus bumi dan menggapai tingginya gunung. Ketika duri menusuknya,ia tetap berdarah.Lalat tetap mengganggunya, dan ular membuatnya takut. Muaranya adalah kematian.

Jika kita dibuka setelah beberapa hari sejak dimakamkan, niscaya keadaan kita sangat menakutkan keluarga dan orang-orang dekat kita. Sebagian orang lupa akan semua itu. Mereka membanggakan diri. Ujub menguasai mereka karena bentuk tubuh, warna kulit, tinggi badan, dan pakaian yang bagus. Mereka berjalan di muka bumi dengan takabur, memalingkan pipinya dari manusia, menyeret pakaiannya di belakangnya, memandang manusia dengan pandangan penghinaan dan cibiran. Dia mengira dirinya orang terbaik, padahal sebenarnya dialah yang terburuk. Dia bisa diliputi oleh adzab Allah di dunia sebelum Akhirat.

Ini adalah seorang laki-laki dari kelompok seperti di atas, dari kalangan umat sebelum kita. Dia membanggakan dirinya. Dia keluar berjalan dengan kesombongan penuh. Dia berlenggak-lenggok dalam berjalan dan menyeret sarungnya di belakangnya. Akibatnya, Tuhannya murka kepadanya. Maka Dia membenamkannya ke dalam tanah seperti Qarun sebelumnya. Dia terbenam di dalamnya sampai hari Kiamat. Keagungan dan kebesaran adalah milik Allah yang Maha Esa, tidak tertandingi, menjadi tempat bergantung para makhluk, serta menguasai seluruh sifat kesempurnaan dan kemuliaan. Dan barangsiapa menyombongkan diri dan takabur, maka dia telah menantang Allah dalam satu dari sifat-sifat-Nya. Oleh karena itu, dia berhak memperoleh adzab di Akhirat dan bisa pula adzabnya disegerakan di dunia sebelum Akhirat.

Orang-orang yang sombong dan tinggi hati tidak berhak atas nikmat Akhirat, karena Allah menyiapkan Akhirat untuk, ”Orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di muka bumi.” (QS. Al-Qashash: 83). Orang-orang yang sombong adalah orang-orang yang tinggi hati di muka bumi. Ketinggian hati ini mendorong mereka untuk merusak tanaman, hewan, dan semua yang ada di muka bumi. Ajaran-ajaran Ilahiyah dalam jumlah yang banyak lagi melimpah melarang kesombongan, takabur, dan tinggi hati.

Luqman mewasiatkan kepada anaknya, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong), dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman: 18)

Dalam wasiat-wasiat agung dalam surat Al-Isra terdapat larangan berbuat sombong dan takabur, ”Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” (QS. Al-Isra: 37)

KISAH ISTRI YANG SHOLEHAH

ISTRI SHOLEHAH
Hari itu merupakan hari bahagiaku, alhamdulillah. Aku telah menyempurnakan separo dienku: menikah. Aku benar-benar bahagia sehingga tak lupa setiap sepertiga malam terakhir aku mengucap puji syukur kepada-Nya.

Hari demi hari pun aku lalui dengan kebahagiaan bersama istri tercintaku. Aku tidak menyangka, begitu sayangnya Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadaku dengan memberikan seorang pendamping yang setiap waktu selalu mengingatkanku ketika aku lalai kepada-Nya. Wajahnya yang tertutup cadar, menambah hatiku tenang.

Yang lebih bersyukur lagi, hatiku terasa tenteram ketika harus meninggalkan istri untuk bekerja. Saat pergi dan pulang kerja, senyuman indahnya selalu menyambutku sebelum aku berucap salam. Bahkan, sampai saat ini aku belum bisa mendahului ucapan salamnya karena selalu terdahului olehnya. Subhanallah.

Wida, begitulah nama istri shalihahku. Usianya lebih tua dua tahun dari aku. Sekalipun usianya lebih tua, dia belum pernah berkata lebih keras daripada perkataanku. Setiap yang aku perintahkan, selalu dituruti dengan senyuman indahnya.

Sempat aku mencobanya memerintah berbohong dengan mengatakan kalau nanti ada yang mencariku, katakanlah aku tidak ada. Mendengar itu, istriku langsung menangis dan memelukku seraya berujar, “Apakah Aa’ (Kakanda) tega membiarkan aku berada di neraka karena perbuatan ini?”

Aku pun tersenyum, lalu kukatakan bahwa itu hanya ingin mencoba keimanannya. Mendengar itu, langsung saja aku mendapat cubitan kecil darinya dan kami pun tertawa.

Sungguh, ini adalah kebahagiaan yang teramat sangat sehingga jika aku harus menggambarkanya, aku tak akan bisa. Dan sangat benar apa yang dikatakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Dunia hanyalah kesenangan sementara dan tidak ada kesenangan dunia yang lebih baik daripada istri shalihah.” (Riwayat An-Nasa’i dan Ibnu Majah).

Hari terus berganti dan tak terasa usia pernikahanku sudah lima bulan. Masya Allah.

Suatu malam istriku menangis tersedu-sedu, sehingga membangunkanku yang tengah tertidur. Merasa heran, aku pun bertanya kenapa dia menangis malam-malam begini.

Istriku hanya diam tertunduk dan masih dalam isakan tangisnya. Aku peluk erat dan aku belai rambutnya yang hitam pekat. Aku coba bertanya sekali lagi, apa penyebabnya? Setahuku, istriku cuma menangis ketika dalam keadaan shalat malam, tidak seperti malam itu.

Akhirnya, dengan berat hati istriku menceritakan penyebabnya. Astaghfirullah… alhamdulillah, aku terperanjat dan juga bahagia mendengar alasannya menangis. Istriku bilang, dia sedang hamil tiga bulan dan malam itu lagi mengidam. Dia ingin makan mie ayam kesukaanya tapi takut aku marah jika permohonannya itu diutarakan. Terlebih malam-malam begini, dia tidak mau merepotkanku.

Demi istri tersayang, malam itu aku bergegas meluncur mencari mie ayam kesukaannya. Alhamdulillah, walau memerlukan waktu yang lama dan harus mengiba kepada tukang mie (karena sudah tutup), akhirnya aku pun mendapatkannya.

Awalnya, tukang mie enggan memenuhi permintaanku. Namun setelah aku ceritakan apa yang terjadi, tukang mie itu pun tersenyum dan langsung menuju dapurnya. Tak lama kemudian memberikan bingkisan kecil berisi mie ayam permintaan istriku.

Ketika aku hendak membayar, dengan santun tukang mie tersebut berujar, “Nak, simpanlah uang itu buat anakmu kelak karena malam ini bapak merasa bahagia bisa menolong kamu. Sungguh pembalasan Allah lebih aku utamakan.”

Aku terenyuh. Begitu ikhlasnya si penjual mie itu. Setelah mengucapkan syukur dan tak lupa berterima kasih, aku pamit. Aku lihat senyumannya mengantar kepergianku.

“Alhamdulillah,” kata istriku ketika aku ceritakan begitu baiknya tukang mie itu. “Allah begitu sayang kepada kita dan ini harus kita syukuri, sungguh Allah akan menggantinya dengan pahala berlipat apa yang kita dan bapak itu lakukan malam ini,” katanya. Aku pun mengaminkannya.

sumber : http://kisahislami.com