Sedekah tanpa menunggu diri ini ikhlas terlebih dahulu...kalau blm ikhlas juga...sedekah saja lagi..
Sedekah tanpa menunggu diri ini ikhlas terlebih dahulu. |
Pagi itu, setelah kembali dari shalat Subuh di Mushalla dekat rumahnya, Pak Shannif ingin sekali bersilaturrahim ke kantor sahabatnya yang lama tak ditemuinya. Setelah mandi dan berpakaian, dia pun memanaskan mobilnya sambil menikmati secangkir kopi yang telah disiapkan oleh istrinya.
Ketika semuanya telah siap, Pak Shannif yang kala itu sehari-hari bekerja di sebuah bank swasta, meraih tas kerjanya lalu melangkah menuju mobilnya. Sebelum naik mobil, tak lupa ia menyiapkan uang pecahan Rp. 5.000, untuk diinfakkan pagi itu kepada siapa saja yang ditemuinya di jalan atau di lampu merah, mengingat di Jakarta ini tak susah untuk mencari orang miskin yang butuh bantuan.
Mobil Pak Shannif terus melaju dari arah Cipayung, di mana ia tinggal bersama istri dan kedua orang anaknya. Saat tiba di lampu merah perempatan Taman Mini – Pondok Gede (sekarang dikenal dengan lampu merah Tamini Square), Pak Shannif melihat sosok seorang ibu tua dengan penampilan yang tak ubahnya seperti pengemis. Saat ibu tua itu mendekat, Pak Shannif langsung membuka kaca mobilnya sembari mengeluarkan dari kantong bajunya uang pecahan Rp 5.000 lalu menyerahkannya kepada ibu tua tadi.
Ibu tua yang telah menerima uang itu berdiri sejenak dengan mulut yang komat-kamit, entah apa yang dikatakannya, bisa jadi ia sedang mendoakannya. Apalagi bila dilihat dari jumlah uang yang barusan diterimanya, uang Rp 5.000 pada tahun 1995, tergolong besar.
”Saya ikhlas melakukannya benar-benar kerena Allah SWT, tanpa berharap apa-apa darinya,” ucap Pak Shannif. ”Karena saya yakin, jika kita melakukan kebaikan, pasti Allah akan balas, Dia tidak akan pernah ingkar janji,” imbuhnya saat menceritakan hal ini kepada saya.
Lampu hijau menyala. Pak Shannif pun melanjutkan perjalanannya dengan melalui jalan tol arah Cawang, menuju Jalan Thamrin, Jakarta Pusat. Sepanjang perjalanan Pak Shannif merasakan kedamaian yang luar biasa. Rasa itu bahkan berlangsung hingga berhari-hari.
Beberapa puluh menit kemudian, Pak Shannif pun tiba di kantor sahabatnya yang terletak di bilangan Jalan Thamrin. Ia tiba lebih dulu dibanding sahabat yang akan ditemuinya.
Pak Shannif duduk di ruang tunggu. Selang beberapa menit kemudian, sahabat yang ditunggunya datang. ”Hei, apa kabar?” sapa sahabatnya penuh hangat. ”Baik, alhamdulillah,” jawab Pak Shannif.
Obrolan antara dua sahabat yang lama tak bertemu berlangsung penuh akrab dan hangat. Canda dan tawa sesekali mengiringi obrolan mereka berdua. ”Oke Mas, saya udak kelamaan nih, saya pamit dulu ya,” ujar Pak Shannif saat sadar bahwa ia telah lama menyita waktu sahabatnya. Apalagi ia juga harus masuk kantor.
Suatu hal yang tak pernah diduga sebelumnya, saat Pak Shannif beranjak meninggalkan ruangan, sahabatnya itu menyodorkan sebuah amlop yang kelihatannya cukup tebal. ”Apa ini?” tanya Pak Shannif? ”Ini mas, ada sedikit rezeki, mohon diterima,” jawab sahabatnya singkat.
Pagi itu, Pak Shannif benar-benar tak menduga dirinya bakal mendapat amplop, tebal lagi. Niat kedatangannya benar-benar hanya karena ingin silaturrahim dengan sahabat lamanya itu. Terima kasih, Mas...,” ucap Pak Shannif atas pemberian tersebut. ”Salam buat keluarga,” imbuhnya.
Setelah sampai di mobilnya, Pak Shannif yang masih dalam keadaan “shock” setelah menerima rezeki nomplok, membuka amplop tersebut. Ternyata isinya cukup besar, satu juta rupiah! Sebuah angka yang cukup besar kala itu. ”Jumlah itu setara dengan jumlah beasiswa saya selama dua tahun, Pak, saat kuliah,” ujarku menanggapi jumlah rezeki nomplok tersebut.
Demikianlah Allah SWT memberikan balasan bagi hamba-hamba-Nya yang ikhlas dalam beramal. Dia berjanji akan membalas setiap kebaikan hamba-Nya, bahkan hingga ratusan kali lipat, tanpa menzhaliminya sedikit pun. ”Berinfaklah, niscaya Aku pun berinfak kepadamu,” firman Allah SWT dalam hadits qudsi. Pak Shannif telah membuktikannya; dalam dua jam, ia mendapatkan balasan 200 kali lipat atas keikhlasannya.
Rasulullah saw juga mengungkapkan bahwa, ”Apabila seorang hamba memasuki waktu pagi, ia disertai oleh dua malaikat yang mendoakannya. Malaikat pertama berdoa, ’Ya Allah, berikanlah balasan bagi orang yang berinfak’, sedang malaikat yang kedua berdoa, ’Ya Allah, berikanlah kehilangan (kahancuran) pada orang yang tak berinfak.’” (HR. Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah ra)
Pada hadist lain Rasulullah saw bersabda, ”Siapa yang senang rezekinya dilapangkan dan umurnya dipanjangkan, hendaklah ia menjalin silaturrahim.” (HR. Bukhari dan Muslim, dari Anas bin Malik ra.)
Raihlah doa baik malaikat dengan membiasakan diri mengawali aktifitas harian kita dengan berinfak di pagi hari dan jalinlah silaturrahim Lakukanlah kebaikan sebanyak mungkin, ikhlas karena Allah SWT, lalu tawakkallah, dan rasakan manfaatnya.
Semoga Allah SWT menjadikan kita semua sebagai hamba yang gemar melakukan kebaikan dan menebarkan manfaat. Amin... allahumma amin.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar